Minggu, 29 Juni 2008

Asa Ditonjok Congcot

“Atoh Kacida Meunang Rejeki Nomplok”

Peribahasa ini menjadi ungkapan kegembiraan seseorang yang mendapat rejeki yang tak diduga-duga. Congcot atau tumpeng identik dengan makan enak bagi masyarakat sunda pada umumnya. Congcot biasanya disajikan pada kegiatan atau acara yang bersifat khusus, banyak dihadiri kerabat, keluarga, tetangga dan masyarakat sekitarnya. Ada congcot berarti ada pesta, ada hajatan, ada makan enak, ada sate kambing, ada lauk pauk nan lezat. Asa ditonjok congcot, secara lugas mengandung arti serasa dipukul oleh tumpeng..nggak ada rasa sakit yang ada justru nikmat.

Dalam tatanan peribahasa Indonesia, asa ditonjok congcot memiliki makna sama dengan Bagai Mendapat Durian Runtuh, artinya kegembiraan karena mendapat rezeki yang tak disangka-sangka.

Ajak Jawa

Ajak jawa.
“ ngajak dahar anu teu terus jeung ati”

Peribahasa atau idiom ini mengandung konotasi sindiran bagi orang lain yang seNANG berbasa basi. Ini sering menjadi ungkapan ajakan tapi tidak diikuti dengan niat yang tulus. Misalnya pada saat jam makan siang kita terkadang mengungkapkan ” yuk makan siang”. Ajakan itu hanya diucapkan sambil lalu biasanya, tanpa menanti jawaban dari orang yang disapa tersebut. Apalagi berharap si orang yang diajak bicara menjawab ” ayo”.

Adean Ku Kuda Beureum

Adean ku kuda beureum
agul ku banda batur atawa ginding ku beunang minjeum”

Secara letterlijk, adean ku kuda beureum bisa diartikan menjadi “beradik kuda merah”. Tidak ada artinya, bahkan sulit dipahami arti kata yang terkandung. Peribahasa ini mengandung kata kiasan yang biasa digunakan dalam tata kalimat peribahasa bahasa sunda yaitu kalimat yang disusun menggunakan personifikasi perilaku mahluk lain binatang, tumbuhan, benda mati atau bentuk lainya namun secara konotasi bisa mengarah pada tujuan yang dimaksud. Adean ku kuda beureum diartikan sebagai agul ku banda batur atawa ginding ku beunang minjeum. Artinya merujuk pada perilaku orang yang bangga, yang berlebihan bahkan cenderung narcis pada hal hal yang dimiliki atau yang menempel pada tubuhnya misalnya perhiasan, padahal benda tersebut adalah milik orang lain atau dengan kata lain meminjam dari orang lain. Peribahasa ini merupakan sindiran kepada orang lain, biasanya digunakan pada saat-saat pertemuan ibu-ibu atau arisan yang muncul ketika ada salah satu yang hadir tampil dengan sangat berlebihan, namun yang hadir lainnya sudah tahu dengan pasti kalau benda yang dipamerkan tersebut adalah benda pinjaman.

Dalam sastra bahasa Indonesia, adean ku kuda berueum memiliki makna sepadan dengan ”berlayar atas angin” yang memiliki makna menyindir pada orang lain yang mengerjakan sesuatunya atas belanja orang lain.